Banyak sekali yang tidak percaya dan akan sulit sekali untuk
mempercayainya terhadap masalah yang satu ini, yaitu santet. Saya yakin anda
juga begitu. Tapi hal itu akan berubah jika anda atau salah satu dari keluarga
anda mengalaminya sendiri atau paling tidak mengetahui atau menyaksikan proses
penyembuhannya. Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena permasalahan santet ini
sangat sulit sekali untuk menemukan referensi untuk membenarkan hal tersebut.
Lalu, apakah penjelasan mengenai soal dunia persantetan ini tidak akan pernah
bisa menyentuh wilayah rasionalitas gaya pikir manusia yang terbatas ini?
Ada banyak sekali penjelasan mengenai hal santet ini yang
semuanya seakan akan hanya dapat menjelaskan sebagian kecil dari misteri santet
itu sendiri.
Di bawah ini ada beberapa pendapat dari beberapa tokoh mengenai
santet, yang diharapkan dapat memberikan sedikit gambaran atau paling tidak
dapat mengobati rasa penasaran kita tentang definisi santet. Tokoh-tokoh yang
saya ambil pendapatnya ini memang berkecimpung di bidang yang tak jauh-jauh
amat dari hal-hal yang berbau klenik seperti santet yang sedang kita bahas ini.
Menurut Permadi, S.H. seorang paranormal yang juga berprofesi
sebagai seorang politisi senior. Ini salah satu pendapatnya tentang santet. Katanya,
”lho, santet itu barang ilmiah. Cara kerjanya adalah mengikuti prinsip hukum
dematerialisasi dan meterialisasi, yakni proses perubahan materi menjadi non
materi dan non materi menjadi materi.”
Materi atau benda apapun seperti jarum, paku, ijuk, pecahan
kaca, atau rambut yang biasa untuk dipakai menyantet orang, kata Permadi, tidak
bisa masuk ke dalam tubuh orang tanpa melukai. “supaya bisa masuk, materi itu
diubah dulu menjadi non materi atau energi yang tidak kelihatan. Lalu dengan
bantuan kekuatan supranatural yang dipunyai si dukun atau si paranormal energi
tersebut dikirim menuju ke sasaran. Kekuatan supranatural itu bisa berupa
tenaga dalam, kekuatan batin, atau kemampuan untuk meminta bantuan makhluq
halus. Kalau sudah berupa energi, logikanya tentu bisa menembus segala macam
benda seperti tembok, kayu, termasuk tubuh manusia. Setelah diubah menjadi
materi kembali di dalam tubuh, benda-benda itulah yang menganiaya atau
menghilangkan nyawa korban (sasaran).” Teori dematerialisasi dan materialisasi
ini, katanya, suatu istilah yang disimpulkan dari fakta-fakta empiris.” Pada
kenyataannya benda yang akan dipakai untuk menyantet itu dilenyapkan. Ini ‘kan
mengikuti teori dematerialisasi, proses perubahan materi yang kelihatan menjadi
energi yang tidak kelihatan? Lalu energi itu termasuk golongan energi berupa
panas, cahaya, listrik, atau energi apa?” Maaf, karena disiplin ilmu saya bukan
ke sana jadi saya nggak ngerti. Yang nyata, itu perubahan dari materi menjadi
non materi.”
Dengan bahasa yang lain. Lukman Handoyo, seorang pastur
berkebangsaan Belanda yang bertugas di Purworejo Jawa Tengah, dan juga menekuni dunia supranatural lewat
caranya sendiri, menyatakan, “Proses santet itu bisa dilogikakan sebagai
semacam proses elektrodinamika, bukan kekuatan setan, itu ilmiah.” Tuturnya.
Jadi mengikuti pemahaman Romo Lukman, energi itu barangkali berupa energi
listrik.
Manusia tertentu, katanya, punya potensi mengubah materi
menjadi energi, dan dengan kemampuan tertentu pula energi itu dikirimkan ke
tubuh korban lewat proses elektrodinamika. Karena pada dasarnya tubuh manusia
mengandung muatan-muatan listrik, korban akan tidak kuat menahan kiriman energi
yang mengenai tubuhnya. Oleh karena itulah korban menjadi sakit.
Memang pendapat orang mengenai definisi soal santet
berbeda-beda. Mereka masing-masing punya pendapat sendiri-sendiri ada yang
bilang yang masuk ke dalam tubuh korban atau sasaran teluh bukan materi, tapi
energi. Yang lain berpendapat itu hanya sugesti yang dikirimkan lewat kekuatan
telepati. Ada juga yang menyatakan itu memang materi sehingga bisa dikeluarkan. Semua kembali kepada masing-masing pribadi, sesuai dengan pemahaman dan pengalamannya masing-masing.
Bersambung.
Dari berbagai sumber.
0 komentar:
Posting Komentar