Seputar Rehabilitasi Mastektomi

Kalau pada akhirnya mastektomi merupakan satu-satunya cara yang harus dijalani, langkah apa yang selanjutnya kita lakukan? Mengingat operasi ini akan berdampak psikologis sepanjang sisa hidup si penderita, persiapan mental amat diperlukan. Apa lagi masalah mental ini sangat bervariasi tergantung dari kepribadian masing-masing pasien, kehidupan rumah tangganya, usia, serta nilai payudara itu bagi yang bersangkutan.

Seputar Rehabilitasi Mastektomi 2

Pada kebanyakan kasus biasanya bagi wanita bagi wanita 60 tahun ke atas, konsekuensi psikologis ini tidak begitu menjadi masalah dibandingkan dengan penderita yang lebih muda. 

Rehabilitasi penderita melalui 3 tahap yaitu sebelum operasi, semasa operasi, dan setelah operasi. Sebelum menjalani mastektomi penderita sebaiknya harus sudah yakin benar bahwa operasi ini adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan nyawanya. Memang, pada tahap ini rasa takut akan menyertainya, dan khawatir akan menjadi wanita yang tidak sempurna. Di sini peranan dokter tidak hanya sebagai pelaku pengobatan secara fisik, melainkan juga dituntut untuk meminimalisir tekanan psikologis yang dialami si pasien.

Sementara menunggu saat operasi, pasien perlu mendapat latihan-latihan sebagai berikut:

  1. Pernapasan, yakni latihan nafas dalam (inspirasi dan ekspirasi dalam). Ini sangat bermanfaat untuk menghadapi ekspansi torak. Latihan selanjutnya adalah sambil kedua tangan memegang perut, pasien menarik napas dalam dan menghembuskan sekuat tenaga. Lalu keluarkan napas sambil kedua  tangan menekan diafragma (sekat rongga badan ke atas).
  2. Batuk, latihan itu untuk berjaga-jaga kalau sehabis operasi sampai terjadi batuk. Tangan yang sehat memegang daerah luka bekas operasi.
  3. Gerak otot isometrik. melatih otot bagian lengan bawah dengan cara mengepalkan tangan kuat-kuat. Latihan otot bagian lengan bawah, dengan cara melakukan fleksi lengan bawah sisi mastektomi dengan diberi tahanan.
  4. Pencegahan edema (penimbunan cairan yang berlebihan dalam jaringan) lengan, sebelum dilakukan operasi, lengan sisi mastektomi mulai dipijat.
  5. Latihan otot sendi bahu.
  6. Mengukur lingkar lengan bagian atas dan bawah, serta volume lengan.
  7. Penawaran perlu tidaknya pemakaian protese payudara setelah mastektomi.

Setelah operasi selesai, pasien sangat membutuhkan penyesuaian psikologis. Di sini peran suami atau orang yang paling dekat dengan sang pasien sangat dibutuhkan. Jika dipandang perlu pasien bisa didampingi seorang psikolog atau seseorang yang sudah melakukan mastektomi untuk ikut menguatkan jiwanya. Pada hari-hari pertama segera dapat dilakukan latihan pernafasan. Untuk latihan sendi bahu sebaiknya ditunda sampai kurang lebih satu minggu. Kekakuan pada sendi bahu biasanya dibantu dengan fisiotherapi secara intensive atau ada kalanya, diberikan suntikan hydrocortison intraartikuler. 

Setelah lukanya sudah sembuh, bisa dilakukan hydroterapi dengan memasukkan seluruh lengan sisi yang dimastektomi ke dalam pusaran air. Setelah itu dapat disusul dengan melakukan  aerobik ringan. Latihan secara kelompok khususnya dengan para penderita yang hampir seumur disarankan agar dapat membangkitkan rasa saling menolong antar penderita. 

Pemasangan protese baik yang sifatnya sementara maupun permanen oleh dokter bedah plastik penting untuk mengembalikan rasa percaya diri seperti semula.


sumber : Majalah Intisari
Seputar Rehabilitasi Mastektomi | Pintu Sehat21 | 5