Jika kita melihat putra tercinta gemulai dan lemah lembut, kira-kira apa yang akan terjadi pada diri kita sebagai orang tua? Tentunya kita akan merasa cemas dan khawatir, jangan-jangan orientasi seks-nya akan menyimpang. Penyimpangan seksual yang terjadi pada anak tentunya tidak diinginkan oleh semua orang tua. Kesedihan dan keprihatinan yang tak berkesudahan akan menghinggapi kedua orang tua. Seakan sudah tidak ada lagi cara untuk menyembuhkan penyimpangan seksual tersebut untuk bisa menjadi normal lagi seperti kebanyakan anak lainnya.
Akhir-akhir ini banyak sekali acara-acara TV yang menyuguhkan tokoh banci atau bahkan para pelaku transeksual sebagai pemandu acara-acara talk show atau live music. Ada juga acara-acara komedi yang para artis prianya memerankan tokoh seorang wanita. Dan acara-acara tersebut kebanyakan menjadi favorit. Memang tidak dapat dipungkiri, totalitas mereka yang ditunjukkan dengan sikap, plus atribut wanita telah menarik perhatian banyak mata untuk melihatnya, dari orang tua, dewasa, remaja bahkan anak-anak semua menyukainya, karena memang tayangan tersebut untuk segala umur. Memang lucu, bahkan membuat kita tergelak-gelak. Namun di sisi lain ada yang perlu dikhawatirkan. Yakni, anak-anak yang menontonnya sangat mungkin meniru sikap keperempuan-keperempuanan tersebut. Belum lagi dengan yang pura-pura menjadi perempuan, membuat mereka seakan sah saja dekat-dekat dan colek-colek perempuan, atau mesra-mesraan dengan sesama jenisnya. Nah mungkinkah pula bila ditiru anak, lalu kemudian menjadi kebiasaan yang permanen dan pada akhirnya mengakibatkan penyimpangan seksual di masa remaja atau dewasanya? Hal seperti ini sangat perlu kita waspadai, karena seperti kita ketahui bersama bahwa penyimpangan seksual semakin hari semakin banyak kita dengar terjadi di lingkungan masyarakat kita.Menurut psikolog Dra. Shinto B Adelar Msc, kemungkinan meniru bisa saja terjadi. Namun banyak faktor yang bisa menyebabkan penyimpangan seksual, bukan sekedar dari tontonan televisi, bioskop atau internet. Bisa saja perilaku seksual yang menyimpang ini terjadi karena proses belajar. Yakni menirutingkah laku dari lingkungan. Misalnya anak laki-laki bertingkah laku seperti perempuan, karena sebelumnya ada saudara atau teman yang bertingkah laku mirip perempuan. Atau dalam banyak kasus orang tua belum mempunyai anak perempuan lalu mengasuh putranya seperti pada anak perempuan. Membelikan pakaian yang feminin, mainan-mainan ataupu aktivitas yang stereotip perempuan.”Karena itu dalam pola asuh sebaiknya rileks saja. Jangan terlalu ekstrem dan mengekang. Bila anak laki suka main masak-masakan atau anak perempuan suka memanjat pohon, jangan terlalu panik. Cukup diawasi, jangan sampai keterusan,” tegasnya.
Senada dengan Shinto, seksolog dr. Boyke Dian Nugraha SpOG, meyakini bukan hanya pola asuh yang berperan, tetapi juga lingkungan. Terutama ketika anak sudah mulai remaja dan dewasa. “Penelitian menunjukkan, 10 sampai 15 persen dipengaruhi hormon. Pengaruh pola asuh dan lingkungan sekitar 70 persen. Sisanya dipengaruhi faktor lain,” jelas dr. Boyke.
Kalau menurut pendapat dari kedua pakar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa faktor lingkungan mempunyai andil yang sangat besar dalam terjadinya penyimpangan perilaku seksual. Apalagi jika masih dalam usia kanak-kanak sudah berada dalam lingkungan yang cenderung bisa menimbulkan penyimpangan perilaku seksual, maka orang tua harus lebih waspada dalam mengawasi perubahan-perubahan dalam perkembangannya.
sumber : Majalah Kartini
0 komentar:
Posting Komentar