Faktor Lingkungan Besar Pengaruhi Penyimpangan Seksual

Penyimpangan seksual dalam pandangan masyarakat pada umumnya dinilai sebagai sesuatu yang negatif, apalai jika ukuran yang dipakai dalam menilai hal ini adalah norma agama. Lalu, apa sebenarnya yang menyebabkan seseorang mempunyai perilaku seks menyimpang (penyimpangan seksual). Ada persepsi yang berkembang di masyarakat bahwa penyimpangan seksual merupakan gen bawaan sejak lahir. Benarkah?
Faktor Lingkungan Besar Pengaruhi Penyimpangan Seksual 1, Faktor Lingkungan Besar Pengaruhi Penyimpangan Seksual2
Seorang seksolog terkemuka dr. Boyke Dian Nugraha mengatakan bahwa. “Penelitian menunjukkan, 10 – 15% dipengaruhi hormon. Pengaruh pola asuh dan lingkungan sekitar 70%, sisanya dipengaruhi faktor lain.” Ini mengisyaratkan bahwa penyimpangan seksual bisa dicegah secara dini dan jika memang sudah mengidapnya juga masih ada harapan untuk bisa sembuh. Tinggal bagaimana keinginan  yang bersangkutan (pengidap penyimpangan seksual) mau berubah. Di bawah ini adalah salah satu kisah nyata yang mengisahkan seorang normal, kemudian mengidap seks menyimpang (karena lingkungan) dan kemudian sembuh.

Pengalaman hidup Ade (nama samaran) yang dulunya seorang gay menandaskan bila faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya. Pria berusia 30-an tahun itu bercerita kalau pada dasarnya ia bukan gay. Perilaku seksualnya normal saja sebagaimana pria umumnya. Bahkan ia pun berpacaran dengan seorang wanita. Namun setelah hijrah dari kota kelahirannya di Kebumen jawa Tengah ke Ibu Kota perilakunya pun berubah.

Di jakarta, lantaran tak jua mendapat pekerjaan yang cocok, lulusan SMA itu terpaksa bekerja di sebuah salon. Ade diajari berbagai ketrampilan yang perlu dikuasai oleh pekerja salon. Sikap akrab dan bersahabat yang ditunjukkan pekerja senior yang notabene adalah gay, yang menularinya dan lama-lama membuatnya menyukai sesama jenis (dirinya terjangkit penyimpangan seksual). Bahkan beberapa kali menjalin hubungan dengan brondong (pria gay yang usianya jauh lebih muda).

Ketika Ade menikah (untuk membahagiakan orang tuanya), pada malam pertama hingga malam-malam selanjutnya, Ade mengaku tak bisa menggauli isterinya. Ia hanya mondar-mandir kebingungan. Beruntung istrinya sabar dan mau menunggu hingga akhirnya ia dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami.
Setelah empat bulan usia pernikahan mereka, bayangan itupun menghilang. Ade akhirnya menemukan kembali jati dirinya, bahkan bisa mencintai sepenuh hati pada sang istri. 

Kisah di atas menunjukkan bahwa faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku seks seseorang yang menyimpang

sumber : Majalah Kartini
Faktor Lingkungan Besar Pengaruhi Penyimpangan Seksual | Pintu Sehat21 | 5

0 komentar:

Posting Komentar