Mengenal Ciri Obat Palsu

Obat palsu? Apa ada? Ada, pernah disinyalir banyak obat yang dipalsukan dan beredar di pasaran. Tidak semua jenis obat dipalsu. Biasanya jenis obat tertentu yang karena banyak dicari orang dan harganya tergolong agak tinggi, dipilih untuk dipalsukan. Tidak semua obat palsu dengan mudah dapat dikenali. Bahkan sangat sulit, sebab penampakan luarnya tidak berbeda dengan obat aslinya. Obat palsu hanya dapat diketahui setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan analis obat.
Mengenal Ciri Obat Palsu, Mengenal Ciri Obat Palsu1
Obat palsu dapat saja mengandung bahan obat berkhasiat sesuai dengan obat aslinya, hanya dibuat oleh pabrik atau produsen yang berbeda. Kandungannya dapat utuh, namun mungkin khasiatnya belum tentu sama. Atau dapat saja dipalsukan dengan kandungan obat yang lebih rendah takarannya, dan sebagian dicampur dengan obat atau bahan tak berkhasiat. Atau bisa juga isi obat seluruhnya bukan bahan berkhasiat sebagaimana obat aslinya.

Tidak berkhasiat  atau kurang berkhasiat

Obat palsu, yang tak berisi bahan berkhasiat maupun takarannya kurang dari yang aslinya, akan memberikan hasil pengobatan yang tidak memuaskan. Bergantung jenis obat palsunya. Jika obatnya ditujukan untuk meredakan keluhan dan gejala sesuatu penyakit atau sebagai obat golongan simptomatik, maka keluhan dan gejala pasien tidak atau kurang mereda. Jika pasiennya demam, ya demamnya sama sekali tidak mereda. Namun, memang tidak semua demam dapat ditaklukkan dengan obat. Dalam hal ini tidak mudah menuduh bahwa obat yang diminum adalah palsu. Jika obat palsu tersebut tergolong obat yang langsung ditujukan untuk menyembuhkan akar penyakitnya, maka reaksi pengobatan sama sekali tidak mendatangkan hasil, atau hasilnya lamban dalam memberikan kesembuhannya. Contoh, obat penurun tekanan darah tinggi palsu (yang tergolong mahal), yang kurang manjur dalam menurunkan tekanan darah walau dengan dosis sesuai dan memadai. Lebih-lebih jika pernah memakainya sebelumnya, jika reaksinya meragukan, perlu dicurigai sebagai obat palsu.

Yang sedang typus, akan terus berlangsung proses penyakitnya, hingga pada suatu saat muncul komplikasi berat, seakan obat sama sekali tidak bekerja. Hal ini terjadi jika obat antibiotika yang diminum palsu. Keadaan serupa juga terjadi pada kasus infeksi lainnya, termasuk infeksi saluran kemih yang tak kunjung sembuh, infeksi paru-paru.

Parahnya lagi, obat anti TBC harus diminum terus menerus secara tertib. Penderita sudah membeli dengan harga cukup mahal, dan dengan patuh meminumnya, namun setelah dilakukan foto Rontgen ulang, hasilnya tetap alias tidak menunjukkan perubahan. Dokter yang memberi resep mungkin mengira obatnya sudah tidak sensitif, atau sudah resisten. Namun tidak jarang bahwa obat yang dipakainya adalah palsu adanya.

Aroma Dan Rasa

Yang pernah atau terbiasa minum obat tertentu biasanya akan mengenali aroma maupun rasa obat yang diminumnya. Jika ada perbedaan, lebih-lebih efeknya tiada, atau lebih lemah dari biasanya, kecurigaan  akan kemungkinan obat itu palsu perlu ada.

Kemasan yang sama belum menjamin keaslian obat. Apalagi obat yang diperoleh dari apotek, kemasan sering sudah tidak ada lagi, sehingga untuk membandingkan kemasan, terlebih bagi pemakai pertama kali, tidak mungkin dapat menjadi alat penguji. Mungkin warna, sifat-sifat fisik lainnya, dapat dibedakan antara obat yang asli dengan yang palsu. Namun hal ini tidak mungkin bagi pemakai pertama kali.

Jadi yang masih tetap paling mungkin adalah menilai khasiat obat sendiri dalam hal memberikan hasil kesembuhan. Jika setelah habis obat diminum tetap saja belum ada perubahan, atau perubahannya sedikit saja, perlu menghubungi kembali dokter yang memberikan resep. Lebih-lebih apabila hasil kesembuhan memerlukan pemeriksaan dokter atau laboratorium. Mereka yang bertekanan darah tinggi, perlu mengukur tekanan darahnya secara berkala selama dalam pengobatan, jika keluhan dan gejalanya masih tetap seperti sediakala. Anak-anak yang batuk tak sembuh-sembuh, padahal sudah diberikan obat antibiotika, juga tidak reda baik batuk-batuknya maupun gejala infeksi saluran napasnya, curigailah kalau obatnya memang palsu.

Obat tidur yang tidak bereaksi kantuk sedikit pun, walaupun sudah melipat duakan dosisnya, kemungkinan obat tidur itu palsu. Demikian pula obat anti nyeri, yang sama sekali tidak meredakan, walaupun takarannya diulang atau dilipatgandakan, pasti palsu, kecuali jika nyerinya, nyeri hebat yang hanya diredakan oleh golongan obat yang kuat, seperti stadium terminal kanker.

Memang tidak mudah untuk menilai obat yang kita pakai palsu atau tidak. Yang dapat kita lakukan hanyalah sampai pada kecurigaan belaka, selanjutnya pihak yang berwenang dan kompeten untuk menganalisanya.

sumber : "Dari Balik Kamar Praktek Dokter", Dr. Hendrawan Nadesul
Mengenal Ciri Obat Palsu | Pintu Sehat21 | 5