Seorang teman menceritakan tentang proses hilangnya keraguan atas adanya fenomena santet, yang bahkan sampai saat ini santet masih menjadi sesuatu yang kontroversial. Ada yang percaya namun tak sedikit pula yang tidak percaya. Santet dianggap cuma hayalan dan sugesti belaka dari beberapa orang yang putus asa. Teman tersebut telah mengalami beberapa hal, yang tadinya hanya menimbulkan tanda tanya, apakah benar yang dia alami ini yang disebut dengan santet. Kejadian yang menimpa isterinya lah yang membuat dia semakin yakin kalau santet memang benar-benar ada di sekitar kita.
Sekitar pukul setengah empat sore, tepat hari syukuran atau pesta pernikahan aku dengan isteriku. Seperti pada umumnya di daerah Jawa Tengah, waktu mendekati sore adalah banyak-banyaknya tamu yang akan datang untuk menyumbang kepada yang punya hajat ataupun kepada pengantin. Ketika aku samperi isteriku untuk mengingatkan agar sebaiknya mandi dan sholat terlebih dahulu sebelum tamu-tamu datang dalam jumlah yang lebih banyak.
Dan ia setuju. Lalu ia bergegas ke kamar untuk bersiap-siap mandi. Di kamar dia mengeluh capek sekali. Selanjutnya dia mengeluhkan juga kalau dadanya terasa sakit. Sakitnya tersebut ternyata semakin lama semakin menjadi-jadi, bahkan yang terlihat dia juga mengalami kesulitan bernafas yang amat sangat. Bahkan. Keadannya makin lama makin mengkhawatirkan. Bagaimana tidak, dia sudah tidak mampu berbicara lagi, air mata terus mengalir, nafasnya tersengal-sengal. Saat itulah aku menggendongnya melewati para tamu untuk dibawa ke dokter terdekat. Di tempat dokter tersebut keterangan yang saya peroleh tidak dapat membuat hati ini tenang. Dibilang hanya karena kecapekan. Sampai keesokan harinya, keadaannya masih sangat mengkhatirkan, jika mendengar suara yang agak keras, dia bilang dadanya sakit sekali.
Setelah cari informasi sana sini, maka diperiksakan lah ia ke seorang dokter ahli penyakit dalam. Di sana dia didiagnosa ada kelainan jantung. Setelah itu kurang lebih selama 3 bulan-an rutin melakukan periksa ke dokter tersebut. Karena kumatnya sudah jarang, kami menghentikan pengobatan tersebut. Kumatnys hanya datang jika dia melakukan aktifitas yang sedikit banyak dari biasanya. Kejadiannya paling sering adalah setelah jam 1 sampai jam 4 sore. Namun adakalanya kumat juga walaupun tidak melakukan aktivitas yang berlebihan. Hal tersebut berlangsung selama kurang lebih 12 tahun.
Kesembuhan penyakit isteriku itu tidak terbayangkan sama sekali. Memang kalau Tuhan sudah menghendaki sesuatu, maka tidak ada yang musykil, semuanya bisa terjadi.
Siang itu, tiba-tiba ada yang mengeetuk pintu. Ternyata bu dhe Wati (nama samaran) bersama seorang pria gagah memakai sarung dan peci, namanya kang Soleh (juga nama samaran). Dandanan khas seorang ustadz di kampung (belakangan memang dia seorang ustadz). Oh ya, perlu diketahui, bu dhe Wati ini adalah bekas tetangga, juga tidak terlalu akrab, ketika kami mengontrak di desa sebelah. Kami memanggil bu dhe setelah kejadian ini.
Bu dhe Wati bercerita, kalau kedatangannya ini karena dipaksa anaknya. Anaknya lewat telpon memaksa bu dhe untuk mengajak kang Soleh ke rumah kami. Tidak boleh tidak. Pokoknya harus. Mumpung kang Soleh silaturrahim ke rumah bu dhe. (Bagi kami ini keanehan pertama). Adapun tujuan dari anaknya bu dhe tersebut adalah agar kang Soleh mengobati atau menyembuhkan sakit isteriku (keanehan kedua). Kang Soleh mengatakan memang benar ada yang tidak beres dengan isteriku, paling tidak ada di tiga tempat. “Di sebelah kiri, tengah dan kanan dada, tetapi yang di tengah ini sepertinya sudah sangat lama”. Ketiganya ini adalah kasus cinta ditolak dukun bertindak. Karena kang Soleh ada acara, dia meminta kami ke rumahnya saja besok. Yang penting sudah bisa silaturrohim.
Esoknya kami pergi ke rumah kang Soleh. Cara mengobatinya sangat sederhana, hanya disentuh dengan telunjuk diertai do’a tentunya. Kang Soleh bilang, ini kalau dibiarkan, maka tidak lama lagi akan menjadi penyakit beneran. Pulangnya kami diberi air putih yang sudah diberi do’a. sejak dari kang Soleh tersebut, penyakit isteriku tidak pernah kumat lagi.
0 komentar:
Posting Komentar