Melihat ratio bayi laki-laki dan perempuan yang lahir di
dunia hampir sama, jika tidak dikatakan cenderung lebih banyak bayi perempuan,
mungkin dapat mencerminkan bahwa jenis spermatozoa X atau gynosperma lebih
banyak daripada spermatozoa Y atau gynosperma pada pria normal.
Sifat gynosperma berbeda dengan yang berjenis Y atau
androsperma. Gynosperma berukuran lebih besar, jumlahnya relatif lebih banyak,
pergerakannya lebih lamban dan lebih dapat bertahan terhadap suasana di dalam
vagina yang asam. Sebaliknya, androsperma penentu jenis kelamin laki-laki ini,
berukuran lebih mungil, lebih gesit, namun tak mampu bertahan dalam suasana di
dalam vagina yang asam, di samping jumlahnya yang lebih sedikit.
Pembuahan akan terjadi jika senggama dilakukan selama masa
subur isteri (pihak suami senantiasa subur), yaitu 48 jam sebelum dan 24 jam
sesudah saat ovulasi. Jadi ada tiga hari yang berpeluang untuk terjadinya
pembuahan. Namun suasana di dalam vagina selama masa subur itu tidaklah sama.
Pada saat-saat ovulasi terjadi, yaitu saat sel telur dilepaskan oleh indung
telur memasuki saluran telur dan siap dibuahi, suasana di dalam vagina yang
asam berubah menjadi lebih basah, suatu suasana yang paling menguntungkan bagi
androsperma. Dengan demikian pembuahan lebih besar menghasilkan bayi laki-laki
jika senggama dilakukan pada saat-saat ovulasi terjadi. Pembuahan yang terjadi
di luar saat-saat itu, lebih besar menghasilkan bayi perempuan.
Namun hasil pembuahan ditentukan pula oleh persentase jenis
spermatozoanya. Pria yang androsperma-nya lebih banyak daripada gynosperma,
tentu akan lebih besar kemungkinannya mempunyai anak laki-laki lebih banyak
daripada pria yang persentase gynosperma-nya lebih besar.
Pasangan yang anaknya perempuan semua, kemungkinan karena
persentase gynosperma-nya lebih besar daripada androsperma dan atau suasana di
dalam vagina isteri terlampau asam, sehingga banyak membunuh androsperma.
Sebaliknya, pasangan yang anaknya laki-laki semua ber-androsperma lebih banyak
dan atau suasana di dalam vagina isteri tidak terlampau asam.
Prinsip dari upaya memilih jenis kelamin bayi yang
dilahirkan didasarkan atas kenyataan di atas, sehingga dengan memanipulasi
jenis spermatozoa maupun suasana di dalam vagina, akan memperbesar kemungkinan
hasil pembuahan dari jenis kelamin yang dikehendaki.
Tehnik memilah-milah androsperma dan gynosperma sudah dapat
dilakukan, sehingga untuk suatu pembuahan hanya androsperma / gynosperma saja
yang diambil, sesuai dengan harapan kita, di samping menentukan saat senggama
yang tepat dengan suasana vagina serta memanipulasi suasana vagina dengan obat,
makanan (sayur mayur) atau daging-dagingan sehingga menguntungkan jenis
spermatozoa yang dikehendaki.
Saat ovulasi, secara kasar dapat ditentukan dengan mengurangi
14 hari dari haid yang akan datang, selain dengan memeriksa sifat lendir rahim
yang memilki sifat khusus pada saat ovulasi, yaitu lebih kental, yang bila
diregangkan dapat mencapai beberapa centimeter.
Atau dapat pula dengan mengukur suhu basal, dengan termometer
suhu khusus setiap pagi sebelum bangkit dari tidur, yang pada saat terjadinya
ovulasi memberikan pola grafik yang khas, yaitu menurun sejenak dan kemudian
meninggi. Inilah saat yang tepat untuk menghasilkan pembuahan laki-laki.
Itulah semua teori, yang dalam prakteknya tentu tidak
lah semudah dan sesederhana itu, karena dalam ilmu biologi kita berharap dengan
ketidakpastian itu. Dan hal terakhir yang harus kita ingat adalah bahwa manusia
hanya dapat berusaha, yang menentukan Allah SWT.
0 komentar:
Posting Komentar