Kira-kira apa yang akan terjadi jika suatu ketika kita
kehilangan sesuatu yang menjadi kebanggan kita? Tentunya hal tersebut membuat
kita merasa frustasi, bahkan bisa juga menjadi depresi yang berkepanjangan.
Kali ini kita akan membicarakan psikologis rumah tangga pasca isteri mengalami
keharusan operasi payudara akibat kanker yang dideritanya. Kita semua sudah
mafhum bahwa payudara adalah salah satu daya tarik dan kebanggaan setiap
wanita. Namun jika karena suatu hal (operasi) payudara tersebut menjadi tidak
utuh lagi, maka akan timbul masalah piskologis yang tidak mudah untuk
mengatasinya, apalagi bagi yang sudah berumah tangga.
Bagi suami, isteri yang sudah kehilangan payudaranya (karena
operasi kanker payudara) harus dihadapi sebagai pribadi yang rentan, yang mudah
tersinggung, yang merasa rendah diri, yang kehilangan kepercayaannya. Hanya
mereka yang mempunyai pribadi matang, yang mampu menyesusaikan diri dengan
keadaan dirinya, sehingga tanpa payudara yang utuh pun, masih tetap dapat
berperan normal seperti sebelum operasi, sebagai isteri dan juga ibu.
Juga bukan sesuatu yang mudah bagi suami untuk menghadapi
kenyataan yang diterima isteri akibat kanker payudaranya. Sikap suami di depan
isteri bisa saja serba salah. Sikap terlampau memanjakan sama buruknya dengan sikap
mengacuhkan. Bersikap wajar pun terkadang sering dikesani sebagai kurang
perhatian atau juga bisa dikesani sebagai penelantaran isteri. Inilah masalah psikologis
yang tidak mudah setelah operasi kanker payudara itu.
Dari sebagian besar kasus, dipilihnya pemakaian protese
payudara buatan yang secara kosmetis dapat memulihkan penampilan payudara,
sering dapat membantu menambah rasa percaya diri sang isteri. Namun terkadang pilihan
itu pun tidak sepenuhnya dapat menyelesaikan tidak berubahnya sikap suami pada
sang isteri. Oleh karena itu kembali pengertian suami tetap memegang peranan penting,
sehingga isteri tidak terus menerus menderita dalam perasaan tidak utuhnya,
sementara suami sendiri agar tidak memusatkan perhatian hidupnya, hanya pada
pesona isteri yang hilang itu. Pihak suami juga mempunyai peran yang sangat
penting dalam meredakan segala kecemasan, rasa frustasi serta depresi yang
mungkin timbul akibat operasi payudara sang isteri, yang total, maupun sebagian,
karena ini adalah bagian yang tidak kalah pentingnya dari penanggulangan kanker
sehabis operasi.
Sumber : "Dari Balik Kamar Praktek Dokter", Dr. Hendrawan Nadesul