Jangan
sampai salah paham dengan menganggap bahwa demam tifoid adalah tifus. Demam
Tifoid bukanlah Tifus. Hanya namanya saja yang agak mirip. Demam Tifoid adalah
merupakan penyakit yang diakibatkan oleh bakteri salmonella typhosa, yang
ditularkan lewat makanan dan minuman yang terkontaminasi kuman (tinja). Demam
Tifoid banyak terjadi di negara-negara berkembang, yang sebagian besar
masyarakatnya tingkat higienis-nya masih relatif rendah. Sedangkan Tifus
merupakan penyakit infeksi bakteri golongan Rickettsiaceae yang banyak
ditularkan oleh tikus dan kutu.
Orang
yang terjangkit demam tifoid berbeda dengan terjangkit demam biasa.
Gejala-gejala demam tifoid lebih kompleks, dan bervariasi. Biasanya setelah
infeksi terjadi, maka gejala-gejala seperti di bawah ini akan muncul :
1. denyut
jantung menjadi lemah (bradycardia)
2. suhu
tubuh tinggi (demam) 39° sampai 40° Celcius yang
meningkat secara perlahan mulai sore hari hingga dini hari
3. badan
terasa lemah ("weakness")
4. tubuh
menggigil
5. mengalami sakit kepala yang hebat (terutama dibelakang kepala) pada malam hari
7. nyeri
otot myalgia
8. pada
kasus tertentu terjadi penyebaran vlek merah muda ("rose spots")
9. konstipasi ; yakni keadaan di
mana seseorang mengalami kesulitan buang air besar secara teratur atau tidak bisa
buang air besar (kronis).
Bakteri
salmonella typhosa ini di saluran pencernaan, harus melewati beberapa
pertahanan tubuh dulu, seperti asam lambung dan garam empedu. Di usus halus, ia
masuk ke dalam system kelenjar getah bening setempat (disebut dengan “plak
meyer”), kemudian ia akan menyebar ke seluruh tubuh bersama aliran darah dan
getah bening. Setelah itu bakteri ini akan berkembang biak (berkolonisasi) di
organ-organ seperti limpa, hati, serta sumsum tulang.
![]() |
wikipedia.org |
Demam Tifoid dapat sembuh dengan sempurna, jika diobati dengan cepat dan tepat.
Artinya tidak akan kambuh lagi, selama kita dapat mengurangi atau menjauh dari
kebiasaan makan di tempat-tempat yang tidak terjaga kebersihannya dengan baik.
Apabila
demam tifoid ini terlambat mengobatinya, bisa mengakibatkan komplikasi. Kalau
sudah terjadi komplikasi, maka harapan untuk kesembuhannya semakin kecil.
Operasi pembedahan terkadang harus dilakukan untuk menangani jika telah terjadi
komplikasi.