Cukup banyak janda atau duda mengalami depresi, cemas,
dan stres setelah ditinggal pasangan hidupnya. Sejumlah penelitian klinik
membuktikan, banyak orang usia lanjut menderita depresi berat segera telah
pasangan hidupnya meninggal. Dibandingkan dengan orang seusianya dengan latar
belakang tingkat sosial ekonomi yang hampir sama, kondisi kesehatannya cepat
menurun dan kemungkinan untuk terserang kanker meningkat sehingga lebih cepat
meninggal.
Apa sebenarnya yang terjadi dalam tubuh penderita depresi
ini?
Di dalam tubuh manusia ada sel yang disebut sebagai
natural killer yaitu sel darah merah
yang tergolong dalam sistem kekebalan seluler tidak spesifik karena meskipun
bisa membedakan antara antigen pribadi dan antigen bukan pribadi dan tidak
mempunyai memori terhadap antigen tertentu.
Fungsi dari sel natural killer ini sebagai immuno-surveilance
atau pengawas kekebalan yang khas dapat menghancurkan sel tumor dan partikel
virus atau sel yang terinfeksi virus.
Sel tumor sesungguhnya awal mulanya berasal dari
sel/jaringan tubuh pribadi (self-antigen) yang seharusnya dalam keadaan normal
tidak akan dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh. Namun karena sel tersebut
mengalami mutasi di mana sifat dan bentuk antigennya berubah, maka dianggap
atau ditengarai oleh sistem kekebalan tubuh sebagai antigen bukan pribadi
(nonself antigen). Mutasi tersebut dapat disebabkan oleh perubahan spontan pada
sel itu sendiri, rangsangan fisik, rangsangan zat kimia, infeksi firus, radiasi
dan faktor genetik.
Para ahli berkesimpulan, stres kejiwaan menimbulkan
perubahan kimiawi dalam otak sehingga menyebabkan bagian otak yang disebut
hipothalamus membebaskan corticotropin-releasing factor (CRF). CRF ini
mempengaruhi kalenjar hipofisa dan mengeluarkan corticotropin-releasing hormone
(CRH). CRH ini yang merangsang kalenjar anak ginjal atau glandula suprarenalis
menghasilkan hormon epinephrin dan norepinephrin serta glucocorticoid. Hormon norepinephrin
dan epinephrin pada ujung-ujung serabut saraf simpatik ini merangsang kalenjar
getah bening dan limpa (mengandung banyak sel limfosit) sehingga menekan
kemampuan sel NK untuk menghancurkan sel tumor.
Sedangkan hormon gluccocorticoid bersifat katabolik dan
proteolitik (menghancurkan protein) serta menekan sistem kekebalan baik humoral
(dalam cairan tubuh) maupun seluler, termasuk menekan jumlah dan fungsi sel NK.
Stress dan Sel NK
Untuk menentukan apakah ada perbedaan aktivitas sel NK
dan beberapa tipe sel T pada subjek yang berbeda derajat depresinya, Dr.
Michael Irwin dan kawan-kawan melakukan penelitian pada 3 kelompok istri yaitu:
1. Kelompok isteri yang pasangannya sehat, 2. Kelompok isteri yang pasangannya sedang
dalam pengobatan kanker, 3. Kelompok isteri yang pasangannya baru meninggal dunia
karena kanker paru-paru. Cara penilaiannya menggunakan skala psikiatri SRRS
(Social Reajustment Rating Scale) selama 3 kali dalam jangka waktu 1-3 bulan
dengan tujuan untuk menilai perubahan terakhir dalam hubungan pasangan tersebut
dan pengalaman hidup lainnya.
Adapun perubahan pada derajat depresi dan status
kesehatan oleh karena diet, pola tidur, atau akibat pemakaian obat dan alkohol,
dicatat pula pada saat yang sama dengan menggunakan HRSD (Hamilton Rating Scale
for Depresion), sambil diperiksa contoh darah untuk mengukur fungsi kekebalan
dan aktivitas sel NK.
Ternyata dari 37 istri yang diteliti, kelompok 1 yang
suaminya sehat mempunyai skor perubahan kehidupan umumnya (SRRS) dan depresi
(HRSD) paling rendah. Para istri kelompok 2 yang terancam kematian suami maupun
kelompok 3, yang baru kehilangan suami, skor SRRS dan HRSD-nya tertinggi.
Aktivitas sel NK-nya pun berbeda di antara grup itu.
Mereka dengan skor depresi paling tinggi, aktivitas sel NK-nya paling rendah.
Demikian pula sebaliknya. Anehnya, konsentrasi sel limfosit-T darah tepi dan
distribusi subgrup sel limfosit-T tidak terlalu berbeda maknanya di antara ketiga
kelompok tersebut.
Meningkatnya kadar hormon epinephrin, norepinephrin, dan
glococorticoid pada penderita depresi dapat diukur dengan air seni. Seperti
diketahui peningkatan kadar hormon tersebut akan menghambat aktivitas sel NK.
Dr. Michael Irwin, asisten profesor psikiatri pada
Fakultas Kedokteran Unifersitas Kalifornia, San Diego, AS, meneliti dan
mencatat aktivitas sejenis sel khusus dalam sistim kekebalan nonspesifik yang
disebut sel NK. Ia juga menyelidiki efek stres kejiwaan terhadap sel NK. Menurutnya,
penelitian aktivitas sel NK sangat penting dan menarik karena fungsi utamanya
adalah membunuh virus dan sel yang terinfeksi virus serta menghancurkan sel
kanker.
Sebagai pengawans kekebalan, sel NK akan berkeliling ke seluruh jaringan tubuh untuk mengamati
apakah ada sel asing yang disebut nonself antigen. Aktivitasnya langsung
menghancurkan sel asing tanpa membutuhkan proses pengenalan terlebih dahulu
dengan antigen itu seperti pada sel sistim kekebalan spesifik lainnya.
Kemampuan memberikan respons secara cepat terhadap nonself antigen itu
menyebabkan beberapa pakar imunologi menempatkan fungsi sel NK.
sumber ; Majalah Intisari
images ; commons wikimedia.org