Siapa yang tak mau berumur panjang, sehat jasmani maupun rohani. Mental juga sehat. Jarang memang seseorang , berumur mencapai kepala sembilan, tapi masih dapat diandalkan daya ingatnya. Bahkan soal hitung menghitung masih bisa diadu kemampuannya dengan yang masih muda-muda. Dan salah satu dari orang-orang beruntung adalah ibuku.
Setiap ada kerabat atau orang lain bertamu ke rumah pasti kagum dengan kondisi mental beliau. Masih seperti orang-orang yang berumur jauh di bawahnya. Hanya penglihatannya yang sudah sangat jauh berkurang. Ketika ditanya bagaimana cara mengenal orang lain? Beliau jawab dari cara atau gaya berjalannya, serta suaranya. Kakak perempuan saya, jika sedang menghitung sesuatu dan menemukan kesulitan dia selalu bertanya pada ibu, dan jawabannya selalu lebih cepat dan tepat. “Mae kui pancen nggumunke. Kok isih landep meni pikirane” (Ibu itu mengagumkan. Pikirannya kok masih tajam banget). Begitu selalu kakak perempuanku mengomentarinya, jika jawaban dari ibuku memang benar.
Dalam masyarakat kita umumnya, kepikunan dianggap sebagai hal yang biasa. Kalau sudah tua ya pikun. Anggapan ini sungguh memprihatinkan. Karena sesungguhnya kepikunan itu kan bisa di cegah, seperti halnya penyakit-penyakit lainnya. Kalau seseorang itu terjangkiti pikun di usia senja nya kemudian tidak lama berselang dia meninggal dunia, mungkin orang akan melihatnya sebagai sesuatu yang lumrah terjadi. Tetapi ada yang dilupakan bahwa kepikunan bisa juga menjangkiti orang yang masih muda. Tak ada yang bisa menjamin, usia muda tak bakal terjangkiti pikun.
Sedikit sekali orang yang menanyakan apa yang biasa dilakukan oleh ibu, hingga dalam usianya yang sudah tidak lagi sedikit namun masih tajam daya ingatnya. Dan saya selalu kagum kepada orang-orang yang menanyakan hal tersebut. Artinya apa? Mereka peduli dengan masa tuanya kelak. Jadi ada keinginan juga agar kelak bisa memiliki keadaan fisik dan mentalnya seperti ibuku dan orang-orang yang berusia tua amun bebas dari pikun, stroke dan lain-lainnya.
Ada beberapa hal kebiasaan yang dilakukan oleh ibu, yang saya coba simpulkan sendiri. Diantaranya adalah :
- Selalu mempunyai harapan. Biasanya yang paling sering saya dengar adalah setiap Hari Raya Iedul Fitri, selalu berdo’a semoga masih bisa puasa Romadhon lagi tahun depan.
- Tidur awal bangun awal.
- Tidak ingin merepotkan orang lain. Pakaian kotornya selalu disembunyikan, agar tidak dicucikan anak cucu (kecuali sedang sakit). Mencuci pakaiannya sendiri.
- Suka melayani. Sering menawari bahkan kepada anaknya sendiri. Contohnya seperti “Saya buatkan teh ya ...”
- Jika sendirian selalu baca sholawat tiada henti
- Suka jalan kaki.
- Ketika masih muda, mempunyai kegemaran yaitu silaturahmi.
Itulah beberapa kebiasaan yang dilakukan oleh ibu setahu saya. Semoga bermanfaat. Dan menjadi inspirasi bagi kita untuk bisa hidup sampai usia tua tanpa kepikunan. Wassalam.
Gambar : Pixabay